Selasa, 31 Januari 2017

Kisah Ki Tunggul Wulung Dan Gunung Limo

Kisah Ki Tunggul Wulung Dan Gunung Limo

Kisah Ki Tunggul Wulung Dan Gunung Limo

Cerita dimulai dimana saat kerajaan Majapahit mengalami kemunduran dan yang menjadi Raja Majapahit adalah Brawijaya V, dimana Putra Brawijaya V menikah dengan seorang putri Cina dan menurut kepercayaan masyarakat Jawa, bila orang Jawa menikah dengan orang Cina maka orang Jawa tersebut akan kalah dalam segala hal. Brawijaya V menyadari hal tersebut, beliau kemudian menyiapkan seseorang untuk berjaga-jaga bila hal tersebut atau huru-hara tersebut benar-benar terjadi. Seseorang yang dipersiapkan tersebut ialah Ki Tunggul Wulung. Brawijaya V menyuruh Ki Tunggul Wulung untuk bersemedi di Gunung Lawu. Ki Tunggul Wulung berangkat ke Gunung Lawu setelah menerima arahan Brawijaya V, sesampainya di Gunung Lawu, Ki Tunggul Wulung bertemu dengan Pandito atau seseorang yang sakti.
Di saat itulah Agama Islam masuk ke tanah Jawa lewat daerah pesisir utara Pulau Jawa, karena tidak ingin masuk Islam ketiga saudara Ki Tunggul Wulung yaitu Ki Brayut, Ki Buwono Keling, Ki Tiyoso. Namun, mereka berempat bukan Saudara Kandung melainkan Saudara satu perguruan. Ki Brayut, Ki Buwono Keling dan Ki Tiyoso melarikan diri ke daerah selatan sesuai dengan petunjuk gurunya, “Berjalanlah selama 40 hari dan setelah mencapai tempat yang tinggi lihatlah kearah bawah bila kalian melihat tempat yang datar, tempat itulah yang dinamakan “Alas Wengker Kidul”. Seampainya di Wengker Kidul perjalanan mereka dibagi menjadi tiga yaitu, Ki Buwono Keling lewat sebelah utara, Ki Tiyoso lewat pesisir selatan dan Ki Brayut lewat tengah hutan.
Singkat cerita Majapahit mengalami huru-hara besar dan Ki Tunggul Wulung turun gunung, namun beliau tidak bisa memadamkan huru-hara tersebut kemudian Ki tunggul Wulung memutuskan untuk mencari ketiga Saudaranya dengan meminta petunjuk dari Sang Guru namun Sang Guru dalam keadaan kritis dan dalam hembusan nafas terakhirnya ia berpesan untuk menggali makam dengan tongkatnya.
Setelah peristiwa tersebut Ki Tunggul Wulung mencari ketiga saudaranya dan sampailah di tempat yang dinamakan Astono Genthong, dari situ ia melihat gunung yang berjajar empat ( tidak lima bila dilihat dari Astono Genthong ). Kemudian ia mempunyai firasat bila saudaranya berada di gugusan gunung tersebut, namun sesampainya di gunung tersebut ia tidak bertemu saudaranya.
Dari gugusan gunung yang berjumlah lima salah satunya adalah tempat untuk bertapa atau bersemedi atau juga teteki. Dikisahkan pula Kyai Tunggul Wulung adalah orang pertama yang membuka lahan atau babad alas disekitar lereng gunung Limo untuk mencapai lokasi pertapaan harus melewati banyak rintangan seperti tangga (ondo rante) selain itu kita harus menembus hutan lebat, tebing yang terjal serta Selo Matangkep.
Selo Matangkep adalah sebuah celah sempit diantara batu besar yang hanya cukup dilewati sebadan orang saja, dipintu masuk Selo Matangkep tersebut dipercaya apabila ada pengunjung yang berniat jahat maka ia tidak akan bisa melewatinya, sementara itu bagi yang berniat baik untuk berkunjung ke pertapaan kendati mustahil ia berbadan besar maupun kecil bisa melewatinya. Selain itu masih banyak sejuta aura mistik lainnya sebagai cermin keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
UPACARA TETAKEN…
Kali ini budaya khas masyarakat Pacitan itu berasal dari lereng gunung limo di Kecamatan Kebonagung. Keyakinan masyarakat sekitar Gunung Limo yang masih menganggap memiliki nilai magis diwujudkan dengan bentuk upacara atau ritual di daerah tersebut. Namanya adalah upacara Tetaken. Upacara ini dilaksaakan masyarakat Gunung Limo setiap tanggal 15 Muharram/Suro.
 
Upacara berbentuk ritual ini sudah turun temurun dilaksanakan masyarakat di lereng Gunung Limo, tepatnya berada di Desa Mantren Kecamatan Kebonagung, Pacitan. Ritual upacara Tetaken ini merupakan upacara bersih desa atau sedekah bumi. Model dari ritual ini adalah ketika sang juru kunci Gunung Lima, Somo Sogimun, turun gunung. Bersama 16 anak buahnya, yang sekaligus murid-muridnya. Mereka baru selesai menjalani tapa di puncak gunung dan akan kembali ke tengah masyarakat. Tetaken adalah tradisi khas masyarakat kaki Gunung Lima yang masih dipelihara dengan baik sampai saat ini. Bagi masyarakat Pacitan, Gunung Limo adalah simbol kekuatan dan nilai spiritual, sehingga ritual tetaken menjadi budaya yang unik bernuansa spiritual juga.
Tetaken berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti teteki atau maknanya adalah pertaapaan. Tak heran, dalam pelaksanaan ritual ini, suasana religius yang kental namun sederhana menandai ritual ini. Sejarah Upacara ritual tetaken ini bermula dengan kisah, ketika Tunggul Wulung bersama Mbah Brayat mengembara. Tujuan, melakukan pengabdian dan menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa setelah bertapa di Gunung Lawu. Namun, dalam perjalanan, dua orang ini berpisah. Mbah Brayat memilih tinggal di Sidomulyo, sementara Kiai Tunggul Wulung memilih lokasi yang sepi di puncak Gunung Lima Kebonagung. Diceritakan juga bahwa Kyai Tunggul Wulung adalah orang pertama yang melakukan babat alas di kawasan Gunung Lima yang kelak kemudian disebut Mantren.
Dalam pelaksanaannya, tetaken adalah acara pembuka rangkaian acara berikutnya, tak lama setelah rombongan turun, iring-iringan besar warga muncul, memasuki areal upacara. Mereka mengenakan pakaian adat Jawa. Barisan paling depan adalah pembawa panji dan pusaka Tunggul Wulung dengan dua keris, satu tombak, dan Kotang Ontokusumo. Selain membawa berbagai hasil bumi dan keperluan ritual (tumpeng dan ingkung, misalnya), di baris terakhir beberapa orang tampak membawa bumbung (wadah air dari bambu) berisi legen atau nira (air yang diperolah dari pohon aren). Saat berada di tempat acara, secara bergilir para pembawa legen menuangkan isi bumbungnya ke dalam sebuah gentong yang diyakini bermanfaat untuk kesehatan. Kemudian setelah semua penunjang ritual berada ditempat acara, acara inti pun segera dimulai. Sebagai tanda kelulusan, ikat kepala para murid itu dilepas. Murid-murid itu satu persatu diberi minum air dari sari aren tersebut.
Selanjutnya, secara bergilir, para murid tersebut menghadapi tes mental dengan penguasaan ilmu bela diri, serta kadang – kadang mendapatkan cambukan. Prosesi tersebut bermakna bahwa tantangan bagi pembawa ajaran kebaikan tidaklah ringan, harus menghadapi ujian dan rintangan yang berat. Namun semua akhirnya dapat diatasi, dan pada akhirnya kebaikan mampu mengalahkan kejahatan.
Pada akhir acara, semua warga melakukan tarian bersama Langen Bekso dengan cara berpasangan. Tua muda. Laki-laki dan perempuan larut dalam kegembiraan. Gending-gending Jawa mengiringi setiap gerak langkah mereka. Kegembiraan masyarakat bertambah karena hasil panen di bumi Desa Mantren yang melimpah untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Itulah sedikit cerita tentang Upacara ritual tetaken yang dilakukan warga di Gunung Limo yang mempunyai nilai kesakralan tersendiri dan menambah kekayaan budaya Pacitan. Jika anda tertarik melihat langsung upacara ritual tetaken ini, datang saja ke Mantren Kebonagung setiap tanggal 15 Muharram.

 

Monumen Cinta Di Pacitan

Monumen Cinta Di Pacitan

Monumen Cinta dari Pacitan

Mungkin sudah ratusan bahkan tak terhitung kalinya saya dan mungkin juga warga Pacitan yang lain melewati kompleks pemakaman Kucur di samping STM Bina Karya Pacitan. Namun sebagian besar orang seperti halnya saya mungkin telah melewatkan satu monumen penting yang mengandung banyak rahasia yang belum terungkap. Ada satu makam yang cukup menonjol diantara makam-makam yang lain. Makam ini, atau lebih tepatnya disebut Mausoleum, berdiri diatas pondasi batu bata dan diatasnya berdiri bangunan (cungkup, dalam beberapa penelitian disebutnya kuil/temple) megah dengan arsitektur bergaya Eropa. Cungkup tersebut ditopang oleh enam pilar yang cukup besar. Pada gerbang menuju cungkup tersebut kita sudah disambut tulisan “MEMENTO MORI” yang artinya “Ingatlah Akan Kematianmu” atau Ingatlah bahwa suatu saat kita akan mati. Selepas dari gerbang, ada tangga melengkung yang bisa digunakan untuk naik menuju cungkup baik dari sisi sebelah kiri maupun sebelah kanan. Di bawah tangga tersebut terdapat ceruk kecil semacam ruangan bawah tanah dan bisa ditemukan tulisan berbahasa latin:
AD PERPETUAM REI MEMORIAM
T*.B.F.F.Q.8
Artinya kurang lebih Sebuah Kenang-kenangan Abadi. Sedangkan tulisan enam huruf di bawahnya diperkirakan adalah inisial atau kode tertentu yang belum diketahui maksudnya sampai dengan saat ini. Tanda asterik (*) menandakan hurufnya tidak dapat dibaca karena rusak. Spekulasi yang berkembang adalah tulisan tersebut kode inisial orang yang membangun makam ini. Versi penelitian Remmelink menulisnya sedikit berbeda: “G.B.F.F.Q.S.” .


Photo:DocHumas Pemkab Pacitan, Pebruari 2013
Pada bagian depan dari atap cungkup terdapat tulisan R.I.P (tentu saja maksudnya Rest In Peace atau aslinya dalam bahasa latin Requiescat In Pace, Beristirahat Dengan Tenang) sedangkan atap belakang yang menghadap ke utara tertulis ” VERLATEN MAAR NIET VERGETEN ” (yang artinya adalah Yang Ditinggalkan Tetapi Tidak terlupakan). Pada langit-langit cungkup terdapat bekas lukisan berwarna biru yg diperkirakan lukisan orang yang dimakamkan di situ. Menurut Loir & C. Guillot lukisan tersebut dihapus pada saat masa pendudukan Jepang. Tidak begitu jelas alasan dibalik penghapusan gambar tersebut.


Pada bagian bawah pilar (di Jawa disebut Umpak) terdapat ornamen khas Yunani, Lyra. Makam tersebut ditutup dengan batu nisan panjang terbuat dari batu pualam dalam ukuran yang cukup besar. Diatas batu panjang tersebut inilah awal mula makam ini menjadi bahan diskusi yang cukup serius justru dari kalangan ilmuwan di luar negeri. Paling tidak ada dua penelitian mengenai makam ini. Yang pertama dilakukan oleh Loir & Claude Guillot tahun (?) dan disambung oleh penelitian yang dilakukan oleh Willem G.J. REMMELINK pada tahun (?). Tulisan pada batu nisan (epitaph) tersebut sempat menjadi misteri yang tidak dapat diselesaikan oleh Loir & Guillot serta sempat membuat Remmelink pusing dan butuh waktu lama untuk dapat memecahkan sandinya. Tulisan pada nisan tersebut tidak dapat dibaca oleh awam karena menggunakan metode sandi Vigenere Klasik yang diperkirakan digunakan pertama kali oleh Julius Caesar dan cukup populer pada awal abad ke 19. Sekilas tulisan di atas nisan ini lebih menyerupai tulisan berantakan tanpa makna atau huruf-huruf yang bertebaran saja.

Adalah Willem G.J. Remmelink yang kemudian membuat penelitian yang memakan waktu cukup lama untuk dapat memecahkan sandi rahasia yang digunakan dalam tulisan di makam tersebut. Remmelink sangat terbantu oleh Jan Willem Stumpel yang berhasil membuat program komputer yang dapat memecahkan sandi Vigenere. Kemudian untuk pertama kalinya pada 20 Oktober 1990 sandi rahasia dalam nisan tersebut dapat dipecahkan. Berikut ini salinannya dalam bahasa Inggris dengan terjemahan bebas (Maksudnya terjemahan bebas adalah, kalau salah menterjemahkannya ya minta maaf  )

“To my deeply beloved wife Djamijah.
Born in eighteen hundred seventy three passed away on December twelve nineteen hundred one.
O my Djamijah my rose of Sharon how can I express thee my love and respect? The whole world is thereto too small for me. Shall I ever see thee again? If there is a life hereafter thou must now be in Paradise. Thou were so good and were so much thrown with dirt. Therefore, I shall take the difficult road over Golgotha and find thee back. Till we meet again! “
Terjemahan bebas:
“ Untuk istri yang sangat kucintai Djamijah.
Terlahir 1873 meninggal 12 Desember 1901.
O Djamijahku, bunga mawarku (rose of Sharon). Bagaimana saya dapat mengungkapkan rasa cinta dan hormatku kepadamu? Seluruh dunia ini menjadi sempit bagiku. Apakah aku akan bertemu denganmu lagi? Seandainya ada kehidupan di alam baka, tentu kamu sekarang ini ada di surga. Kamu sungguh sangat baik dan begitu saja terlempari kotoran . Karena itu, saya akan menempuh jalan sulit melewati Golgotha dan menemuimu kembali.
Sampai kita ketemu lagi! “
Catatan terjemahan: Rose of Sharon itu ungkapan untuk bunga yang tak ternilai harganya. Ungkapan ini juga sering digunakan dalam lirik dan sajak. Dalam penggunaan modern, Rose of Sharon merujuk pada bunga dari jenis Hypericum calycinum (biasa tumbuh di Eropa dan Asia Selatan) dan Hibiscus syriacus (biasa tumbuh di Asia). Si penulis di makam menggunakan istilah Rose of Sharon ini untuk menunjukkan betapa indah dan berharganya Djamijah baginya.
Dari prasasti di Nisan tersebut terungkap bahwa yang dikuburkan di makam tersebut adalah seorang perempuan bernama Djamijah yang meninggal pada usia 28 tahun. Tidak banyak informasi lain yang tergali dari tulisan di nisan tersebut, malah segudang pertanyaan yang kemudian muncul: Siapa suami Djamijah yang terlihat begitu mencintainya itu? Kenapa dalam nisan tersebut menyebutkan Djamijah “thrown with dirt”, apakah ada peristiwa tragis yang menimpa Djamijah sebelumnya? Kenapa tulisan diatas nisan tersebut perlu disandikan / dirahasiakan? Kalau suaminya Djamijah benar-benar mencintai Djamijah kenapa tidak ada kuburannya di dekat makam Djamijah seperti kebiasaan orang-orang yang saling mencintai? Apakah Djamijah ini istri kedua / Nyai seperti kebiasaan kebanyakan pejabat kolonial Belanda saat itu? Apakah huruf-huruf yg ditatahkan pada bagian lain dari makam ini yang berbunyi “T*.B.F.F.Q.8” merupakan kode inisial suami atau orang yang membangun makam ini? (Remmelink dalam laporan penelitiannya menuliskan “G.B.F.F.Q.S.” Dan dengan menggunakan metode pemecahan sandi yang sama mungkin menjadi H.J.M.I.R.A. ).
Penelusuran Hendri Chambert – Loir yang saat dia meneliti belum bisa memecahkan kode sandi tulisan di makam hanya memberikan sedikit petunjuk. Menurut cerita penduduk setempat, yang dimakamkan di makam tersebut adalah seorang perempuan Jawa yang cukup terkenal, istri dari seorang Pengawas Perkebunan jaman kolonial Belanda. Dari petunjuk penduduk sekitar, Chambert-Loir menemui ibu Sukiah, keponakan dari pemilik makam misterius itu yang tinggal di desa Slahung, kearah Ponorogo. Bapaknya Sukiah adalah adik kandung dari Djamijah yang diserahi tugas merawat makam tersebut. Informasi dari ibu Sukiah, suami Djamijah bernama Tuan Gip. diperkirakan Djamijah berumur 20-30 tahun lebih muda dari suaminya. Djamijah diperkirakan meninggal pada umur 35 tahun. Bapaknya Sukiyah adalah pegawai dari Tuan Gip pada masa itu. Setelah Djamijah meninggal pada tahun 1901, tuan Gip kemudian pindah ke Maospati dan menghabiskan masa pensiunnya di sana serta meninggal di sana dua tahun kemudian (1903). Tuan Gip sendiri menurut cerita adalah Pengawas / Tuan Tanah Perkebunan Kelapa. Penduduk sekitar juga sempat mengatakan bahwa sekali waktu Tuan Gip ini berjalan kaki dari Maospati ke Pacitan untuk mengunjungi makam Djamijah. Akan tetapi keberadaan makam Tuan Gip sendiri tidak ada yang mengetahuinya. Ada yang memperkirakan diantara Maospati dan Pacitan. Profesi Tuan Gip, masih menurut cerita penduduk setempat, adalah pengawas/tuan tanah perkebunan kelapa. Ia mempunyai beberapa hektar tanah.
Lantas siapakah sebenarnya Tuan Gip sang suami Djamijah?
Willem G.J. REMMELINK yang memecahkan kode sandi rahasia tulisan di batu nisan sempat melakukan penelusuran ke berbagai pihak. Menurut informasi dari penduduk Pacitan yang keturunan china, yang membangun makam tersebut adalah Mr. Taalman Kip. Namun karena pengucapan logat bahasa Jawa kemudian menjadi Tuan Gip. Remmelink juga melakukan penelusuran dalam Almanak Gotha Keluarga Bangsawan Belanda (Almanac de Gotha of Dutch patrician families). Menurut catatan dokumen ini, ada salah seorang keluarga Taalman Kip ini yang pergi ke Nederlands Indie (Indonesia) dan menjadi pegawai pemerintah. Dia adalah Marcus Jacobus van Erp Taalman-Kip yang lahir di Woerden pada 16 Maret 1830. Di Jawa dia menikah di Madiun dengan perempuan jawa bernama Noertya, dimana dia memiliki dua orang anak laki-laki dan satu perempuan.



 Foto: Willem Frederick van Erp Taalman Kip,salah satu keturunan Marcus Jacobus van Erp Taalman Kip
Akan tetapi informasi inipun masih belum sepenuhnya terverifikasi, hanya berdasarkan penuturan dari cerita informan serta penelusuran dokumen yang bisa saja salah. Seandainya benar yang membangun makam tersebut adalah Marcus Jacobus van Erp Taalman Kip, kenapa inisial nama yang dituliskan di makam tersebut tidak sama. Pada makam tersebut tertuliskan “G.B.F.F.Q.S.” yang bisa diterjemahkan menjadi “H.J.M.I.R.A” kenapa bukan M.J.V.E.T.K ? Apakah itu bukan nama inisial suami Djamijah?
Masih banyak misteri yang belum tersingkap dari makam ini. Cinta memang penuh dengan misteri. Pun ketika itu dalam bentuk monumen sekalipun.
Sejarah Kanjeng Jimat Di Pacitan

Sejarah Kanjeng Jimat Di Pacitan

Kanjeng Jimat Dikenal sebagai Penyebar Islam di Pacitan

PacitanTribunNews - Makam Kanjeng Jimat berada di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Tepatnya berada di sebuah pemakaman bernama Giri Sampoerno. Kanjeng Jimat dikenal sebagai tumenggung, penjuang, dan penyebar agama Islam di Pacitan.
Pemakaman Giri Sampoerno sangat mudah dijangkau dan sangat dekat dengan pusat kota, hanya sekira 2 - 3 kilometer dari pusat kota. Puluhan anak tangga yang semakin menanjak mengantar hingga sampai ke pemakaman. Rimbunnya pepohonan di sekitar pemakaman tak lantas membuat pemakaman itu terlihat kotor. Bahkan sebaliknya, pemakaman tersebut sangat terawat rapi dan bersih.
Di pintu masuk makam Kanjeng Jimat, terdapat pintu ukir sangat menarik dan indah. Di dalam rumah makamnya terdapat makam Kanjeng Jiman beserta istri yang berdampingan. Lalu di sebalh kanan dan kirinya terdapat makam putra dan putri dari Kanjeng Jimat, lalu ada makam para kerabat Kanjeng Jimat yang tidak disebutkan namanya.

(Pemakaman Giri Sampoerno. Foto MerahPutih/Latifah Mutiara Sari)
“Makam Kanjeng Jimat yang besar di tengah sebelah kiri itu, lalu sebelah kanannya istri. Dan makam lebih kecil yang berada di kanan-kirinya itu adalah putra dan putri beliau, lalu di bawahnya ini ada beberapa makam kerabat Kanjeng Jimat tapi tidak disebutkan namanya masing-masing,” jelas Agus selaku juru kunci makam Kanjeng Jimat.
Mengutip situs resmi pemerintah Kabupaten Pacitan, Kanjeng Jimat merupakan bupati yang memimpin Pacitan antara tahun 1812-1826. Ki Kanjeng Jimat memiliki nama Joyoniman dengan gelar Djogokariyan I. (Sar)

Ridwan Alif, Pelajar Terkaya Di Pacitan

Ridwan Alif, Pelajar Terkaya Di Pacitan

Inilah Pelajar Terkaya Di Pacitan, Bernama Alif 
Mampu Hasilkan 37juta dari Bisnis Online Dalam Waktu Kurang dari 3bulan! 

 Dia adalah Ridwan Alif Adi Nugraha, umur 17th , Alamatnya rumahnya di daerah Dusun Caruban Desa Sidoharjo, dia adalah Pelajar SMKN 1 PACITAN kelas XI RPL .  Selain mampu menghasilkan 37jt dari bisnis online, dia juga berhasil membantu orang tuanya untuk membeli 1unit Honda mobilio RS seharga 180jt. 
Awal mula dia mengenal bisnis online adalah saat dia berada di kelas VIII (2 SMP) dia mulai mengenal bisnis online, bisnis online pertama yang dijalankannya adalah bisnis PTC (Paid to Click) dia belum mendapatan apa" dari bisnis pertamanya ini karena uang yang dihasilkan adalah $(dollar), kemudia di kelas IX dia memepelajari bisnis baru berbasis cpm (cost per million) yaitu adf.ly , di bisnis dia juga tidak mendapatkan hasil apa-apa. karena bermata uang dollar juga... 
sampai akhirnya di kelas X di SMKN 1 PACITAN. dia mengenal bisnis investasi jaringan yakni P.T DUTA NETWORK INDONESIA di bisnis ini dia mengeluarkan modal sebesar 185rb, dan dia disini berhasil balik modal sebesar 580rb, lalu dia fakum dari bisnis ini sampai beberapa bulan karena dirasa gajinya kurang besar.
   Kemudian, dia di jurusannya Rekayasa Perangkat Lunak, dia mencoba bisnis berbasis dollar lagi, bisnis tersebut bernama Uc Union. Dari bisnis uc union ini dia lumayan banyak mendapatkan uang , dia berhasil memperoleh penghasilan sebesar 17jt dalam 2 bulan. sampai akhirnya bisnis ini di perketat oleh perusahaan uc web, dia berhenti dari bisnis ini, dan ingin mencoba terjun kedunia network marketing... 
 HIngga akhirnya Dia mengenal bisnis AZARIA , dan dia tertarik untuk menjalankan bisnis tersebut, modal untuk ikut tersebut tidak begitu mahal cuma 1.6jt saja, tapi bagi pelajar ya uang segitu juga udah banyak bangett kaleee :D
Dia memepelajari bisnis AZARIA ini selama kurang lebih 1minggu. di bulan pertama dia memperoleh pendapatan sebesar 10jt , bulan kedua 10, bulan ketiga 17jt ... 
Jadi total dari bisnis AZARIA selama 3 bulan adalah 37jt.
Bahkan dia telah di undang ke Kantor Pusat PT.Unionfam Azaria Berjaya untuk diwawancarai langsung oleh Direktur perusahaan Azaria. Namun, dia menolak karena dia masih fokus sekolah.  Bahkan dia juga pernah diundang untuk menjadi trainer di sebuah seminar di Kepulauan Riau, namun dia menolak dengan alasan yang sama. 
   
berikut adalah Direktur(Owner Bisnis AZARIA)
PENGHASILAN DARI AZARIA (2 BULAN)
(bulan ke-3 belum sempet foto udah terlanjur kebeli mobilio nya)



 MOBILIO RS AT 1.5 2015 (180JT)




YANG JELAS DIA MEMPEROLEH SEMUA INI DENGAN PENUH PERJUANGAN DAN 
RINTANGAN.

MASYAKARAT PACITAN BELUM BANYAK YANG TAU PELAJAR INI.!!!! 

OKE SEKARANG SAYA AKAN BAGIKAN CONTACT PERSON NYA : 
WA / SMS : 082334229796
PIN BBM : D5671E3

JIKA INGIN TAU APA ITU BISNIS AZARIA SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH