Berdiri di tepi jurang yang berkedalaman puluhan meter, bagi orang biasa tentu bisa membuat degup jantungnya berdetak lebih kencang, bahkan kadang bisa membuat seluruh badan gemetaran. Hal inilah yang dirasakan oleh orang pada umumnya jika berdiri di tepi Luweng Ombo Pacitan, Gua vertikal terdalam se-Pulau Jawa.
Kata “luweng” merupakan bahasa Jawa yang bisa diartikan sumuran atau dalam konteks ini berarti gua vertikal. Untuk membayangkan Luweng Ombo bagi yang belum pernah kesana, bayangkan saja seperti sumur saja. Hanya saja sumur dengan titik terdalamnya sekitar 120 meter dan diameter lubang atas-nya sekitar 50 meter. Semakin ke bawah diameternya semakin melebar lagi mencapai di sekitar 170 meter.
Tentunya jika dibayangkan sebagai sumur, ini adalah sumur yang sangat besar sekali dan tentunya juga dalam sekali. Jika dilihat dari atas melalui google earth, Luweng Ombo Pacitan akan nampak seperti lubang hitam di atas bumi. Dari skalanya pun kelihatan ini merupakan lubang yang berukuran besar sehingga tidak menherankan jika penduduk setempat menyebutnya sebagai Luweng Ombo.
Terbentuknya Luweng Ombo jika ditinjau dari Speleologi (ilmu yang mempelajari tentang gua), terjadi karena Collapse Sink, yaitu runtuhnya atap gua karena erosi pada dinding batu kapur akibat proses kimiawi. Teori ini bisa dibuktikan dengan adanya material runtuhan yang masih banyak dijumpai di dasar Luweng Ombo yang membentuk sebuah bukit kecil.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Luweng Ombo awalnya bukanlah gua vertikal, melainkan sebuah gua horisontal atau sungai bawah tanah yang mengalami Collapse Sink. Hal ini diperkuat dengan adanya lorong-lorong horizontal yang salah satunya sudah dieksplorasi sepanjang lebih dari satu kilometer. Tetapi karena masuk guanya harus turun puluhan bahkan mencapai 120 meter di titik terdalam, Gua Luweng Ombo lebih dikenal sebagai gua vertikal.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Luweng Ombo awalnya bukanlah gua vertikal, melainkan sebuah gua horisontal atau sungai bawah tanah yang mengalami Collapse Sink. Hal ini diperkuat dengan adanya lorong-lorong horizontal yang salah satunya sudah dieksplorasi sepanjang lebih dari satu kilometer. Tetapi karena masuk guanya harus turun puluhan bahkan mencapai 120 meter di titik terdalam, Gua Luweng Ombo lebih dikenal sebagai gua vertikal.
Pintu masuk Gua Luweng Ombo berdiameter sekitar 50 meter |
Sedangkan dari sisi geologi, gua Luweng Ombo terbentuk dari pengangkatan batu gamping dari dasar laut sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Berdasarkan keunikan geologinya ini Luweng ombo tercatat sebagai salah satu geosite dari Geopark Gunung sewu area Pacitan.
Dasar dari Luweng Ombo seakan membentuk sebuah dunia tersendiri yang terpisah dari dunia luar. Terbatasnya sinar matahari membuat dasar gua menjadi lembab, sehingga pertumbuhan vegetasinya berbeda dengan vegetasi yang ada di atas gua. Bahkan di musim kemarau sekalipun saat vegetasi di atas gua terlihat mengering, vegetasi di dasar gua tetap menghijau. Vegetasi di dasar gua Luweng Ombo kebanyakan berupa lumut-lumutan, paku-pakuan, tanaman sulur, semak dan didapati juga beberapa tanaman kayu.
Dasar Luweng Ombo membentuk vegetasi tersendiri yang berbeda dengan vegetasi yang tumbuh di atas |
Untuk masuk ke Luweng Ombo, tentunya harus menggunakan peralatan khusus. Selain itu juga harus didukung dengan penguasaan ilmu dan teknik penelusuran gua vertikal. Tak kalah penting adalah kemampuan fisik dan tentu saja nyali yang besar. Dari beberapa ekspedisi yang pernah ke dasar Luweng ombo, untuk turun sampai dasar menggunakan peralatan SRT (single Rope Technique) membutuhkan waktu sekitar setengah jam. Sedangkan untuk naiknya lebih berat lagi, karena bisa sampai satu jam lebih bahkan ada yang pernah sampai 4 jam.
Sulit dan berat hanya untuk sekedar sampai ke dasar gua, membuat Luweng Ombo dikategorikan sebagai obyek minat khusus yang beresiko tinggi. Sehingga tidak sembarang orang boleh masuk kesini. Hanya orang-orang khusus yang berkompeten dan didukung peralatan khusus yang diperbolehkan masuk gua ini. Tentunya juga harus dengan izin dari instansi terkait.
Luweng Ombo sendiri masuk wilayah Desa Kalak, Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan. Untuk menuju luweng ombo akses paling mudah adalah dari ruas jalan Pacitan- Yogya. Jika dari arah Pacitan, sesampainya di pertigaan Bleruk (persimpangan jalan Pacitan-Solo dengan Pacitan –Yogya) belok kiri mengikuti jalur ke Yogya. Nanti ada pertigaan dengan penunjuk arah ke Kalak. Ikuti sesuai penunjuk arah tersebut sampai ketemu gapura Desa kalak. Nah dari gapura ini sekitar 200 meter sampailah di lokasi Gua Luweng Ombo. Letak guanya hanya sekitar 20 meter dari jalan. Disitu sudah dibangun shelter untuk penelusur gua.
Sudah dibangun shelter di kawasan Gua Luweng Ombo untuk berteduh, istirahat dan keperluan lainnya |
Gua Luweng Ombo Pacitan memang bukanlah obyek wisata untuk umum karena tingkat kesulitannya yang tinggi. Tetapi justru inilah daya tarik utamanya, terutama bagi kalangan peneliti, ilmuwan, penelusur gua, pecinta alam maupun penggiat high risk activity lainnya. Dan tentunya dalam kegiatan penelusuran gua tidak boleh dilupakan 3 hal, take nothing but pictures, leave nothing but footprints, dan kill nothing but time (tidak mengambil sesuatupun kecuali gambar/foto, tidak meninggalkan sesuatupun kecuali jejak kaki, dan tidak membunuh apapun kecuali waktu). (@rif)
0 komentar: