Rabu, 15 April 2015

Unik, Di Pacitan Ada Pagelaran Musik Menggunakan Ornamen Gua

Alunan gamelan itu terdengan dari dalam Gua Tabuhan. Suara kendang berpadu dengan kenong dan gong terdengar merdu mengiringi nyanyian pesinden membawakan lagu-lagu Jawa. Alunan inilah membuat pengunjung tertarik masuk gua untuk melihat dan mendengar secara lebih dekat. Dan yang membuat terheran-heran, ternyata di dalam gua tidak dijumpai seperangkat gamelan Jawa. Terus suara gamelan tadi berasal dari mana?

Pagelaran musik menggunakan ornamen gua di Gua Tabuhan
Inilah yang membuat Gua Tabuhan di Pacitan menjadi salah satu gua terunik di dunia. Keunikannya terletak pada ornamennya yang ketika dipukul, bisa mengeluarkan bunyi-bunyian yang selaras dengan alat musik Jawa (gamelan). Hanya dengan tambahan kendang, maka ornamen Gua Tabuhan bisa disulap menjadi pagelaran musik tradisional. Apalagi jika ditambah lantunan nyanyian pesinden, menjadikan harmonisasi yang sangat mempesona. 

Pagelaran musik dengan ornamen gua ini biasanya dilakukan saat hari-hari libur. Pengunjung bisa menikmati langsung dari dekat dan cukup memberikan uang suka rela. Di hari-hari biasa, pengunjung tetap bisa menikmati pagelaran musik ini, tetapi dengan menyewa pemainnya dengan biaya yang bisa dinegoisasikan.

Gua Tabuhan pada dasarnya terdiri dari dua ruang. Begitu masuk dari mulut Gua Tabuhan yang lebar, kita akan langsung bertemu ruang pertama. Ruangan ini luas membentuk semacam hall  dengan kubah yang dihiasi stalagtit. Sedangkan dasar lantainya juga dihiasi dengan stalagmit, yang beberapa diantaranya telah menyatu dengan stalagtit membentuk pilar. Di ruang inilah yang digunakan untuk pagelaran musik dengan ornamen gua

Pintu masuk Gua Tabuhan berhias stalagtit dan stalagmit
Ruang kedua terletak lebih ke dalam lagi, untuk kesana harus melewati lorong sempit sepanjang sekitar 10 meter. Ruang kedua ini jauh lebih sempit dibanding ruang pertama. Konon ruangan ini dulunya pernah digunakan Pangeran Diponegoro untuk bertapa.Menurut cerita penduduk setempat, Gua Tabuhan ditemukan oleh Kyai Santiko yang sedang mencari sapinya yang hilang.  Setelah mencari kesana-kemari akhirnya sapinya ditemukan di dalam gua ini. 

Stalagmit yang tumbuh dari dasar gua, walau lambat tetapi masih terus tumbuh
 Gua Tabuhan sudah dikelola Pemkab Pacitan sebagai salah satu obyek wisata dan sudah dipasangi lampu penerangan di beberapa sudut. Kalau sekedar sampai ruang pertama pengunjung tidak begitu memerlukan alat penerangan tambahan, tetapi jika mau menuju ruang kedua lebih baik membawa senter yang bisa disewa di lokasi.


Lorong penghubung ruang pertama dengan ruang kedua Gua Tabuhan
Lokasi Gua Tabuhan masuk wilayah Dusun Tabuhan, Desa Wereng, Kecamatan Punung, sekitar 35 Km dari pusat kota Pacitan. Gua ini termasuk salah satu situs peninggalan prasejarah dan disinyalir pernah didiami manusia purba. Hasil penelitian membuktikan bahwa gua ini telah dihuni manusia purba sejak sekitar 50 ribu tahun yang lalu. Diketemukan juga jejak bengkel alat batu, fosil moluska, dan fosil gigi manusia yang masih menempel di dinding gua. Di pojok ruang pertama terdapat bekas penggalian arkeologi yang dipagari.
Gua Tabuhan juga termasuk sebagai salah geosite dari  geopark Gunung Sewu area Pacitan. 
 
Gua Tabuhan masih sering digunakan untuk penelitian baik arkeologi maupun geologi
Untuk menuju gua ini akses termudah dari jalur Pacitan-Yogyakarta. Nanti ada papan penunjuk arah menuju Gua Tabuhan. Jalan menuju Gua Tabuhansudah beraspal dan kondisinya baik. Bus besar pun bisa sampai lokasi. Tarif masuk Gua Tabuhan hanya sekitar 3.000 rupiah, selengkapnya bisa dilihat di TarifRetribusi Masuk Tempat Wisata di Pacitan. Fasilitas yang disediakan berupa tempat parkir yang luas, toilet, area pedagang baik makanan, minuman maupun souvenir khas Pacitan. Area wisata Gua tabuhan juga merupakan salah satu pusat kerajinan batu mulia (batu akik) Pacitan yang saat ini sedang booming.

Jalan menuju pintu masuk Gua Tabuhan
Take nothing but pictures,
Leave nothing but footprints,
Kill nothing but time.

Mari berwisata ke Pacitan saja. (@rif/info@pacitan)

SHARE THIS

Author:

0 komentar: